Abu Jandal, Sahabat yang Wafat Karena Wabah Tho’un

Riwayat-hidup-dan-Kisah-Abu-Jandal
Ilustrasi

Pandemi Corona Covid 19 membuat heboh dunia. Ribuan manusia menjadi korban keganasan virus asal Wuhan, China ini.

Zaman Nabi saw dan sahabat juga pernah diuji dengan keganasan wabah yang dikenal dengan Tho’un. Apakah Tho’un sama dengan Corona? Dari sisi fisik virus dan diagnosis penyakit yang dibawa bisa saja berbeda, tapi dari sisi penularannya, hampir dikatakan sama.

Tahun 16 Hijriah atau 640 M, masa khalifah Umar bin Khatab, Tho’un menyerang. Bermula dari satu kampung bernama Amwas. Tak tanggung-tanggung, 25 ribu orang menjadi korban, dan diantaranya para sahabat Rasulullah saw.

Dari beberapa sahabat terbaik Nabi saw yang menjadi korban virus Tho’un itu adalah Abu Jandal bin Suhail. Pembaca harap hati-hati. Bukan Abu Janda. Abu Jandal bin Suhail adalah sahabat Nabi saw, sedangkan Abu Janda?

Abu Jandal anak dari Suhayl bin Amr. Seorang pemuka Qurays yang disegani masa itu. Abu Jandal memiliki saudara bernama Abdullah bin Suhayl, yang lebih dahulu memeluk Islam dan menyembunyikan ke-islaman-nya.

Abu Jandal lahir antara tahun 594-601 dan wafat sekitar tahun 639 Masehi. Mulanya, dia adalah salah satu pembenci Islam dan Muhammad saw, tapi kemudian mengikuti jejak saudaranya memeluk Islam.

Saat perang Badar, Abdullah berada di barisan kafir Quraysh, tapi saat menuju ke medan perang, dia sengaja berada di bagian depan, lalu berbalik menyerang kafir Quraysh.

Abu Jandal pun mengikuti jejak saudaranya. Tak ada kafir Quraysh yang berani langsung melaporkan kedua anak Suhayl bin Amr ini. Sampai suatu ketika, Suhayl mengetahui bahwa kedua putranya sudah masuk islam. Suhayl marah besar. Keduanya dipukul dan dilockdown dalam rumah.

Hukuman keras dari Suhayl itu mereka nikmati bertahun-tahun. Abu Jandal dan Abdullah tidak bisa keluar rumah. Tubuh mereka kurus dengan siksaan. Sampai masuk masa Perjanjian Hudabiyyah.

Saat Rasulullah saw bersama para sahabatnya akan berangkat ke Makkah untuk melaksanakan umrah tahun keenam Hijriyah, kafir Quraisy segera bersiap-siap untuk menghalangi masuknya Rasulullah saw ke kota Makkah.

1.400 sahabat dengan semangat jihad yang tinggi bertekad bulat untuk memasuki Makkah walaupun perbuatan ini dapat menyebabkan pertempuran besar dengan pihak kafir Quraisy.

Tetapi Rasulullah saw tidak menyetujui keinginan mereka. Setelah berpikir panjang, Rasulullah saw memutuskan untuk membuat sebuah perjanjian dengan pihak Quraisy serta menerima Syarat-syarat yang diajukan oleh mereka.

Salah satu poin perjanjian, setiap orang Mekah yang berusaha menjadi Muslim dan melarikan diri tanpa izin wali akan dikembalikan ke Mekah.

Abu Jandal bin Suhayl adalah salah satu sahabat yang tentunya akan menjadi korban dari perjanjian itu. Nabi saw berkata kepada ayah Abu Jandal “Engkau tidak bisa memaksanya kembali ke Makkah dan saya berharap agar ia dikembalikan kepadaku”.

Suatu hari, mendengar kalau Nabi Muhammad saw berada di dekat Mekah, dengan kondisi masih dirantai, Abu Jandal berlari sekuat tenaga ke tempat kaum muslimin padahal masa itu adalah masa perjanjian Hudaybiyyah.

Melihat Abu Jandal nekat memilih bergabung dengan kaum muslimin, Suhayl bin Amr berkata dan menunjuk putranya bahwa ia akan menjadi orang pertama yang kembali ke Quraisy.

Nabi saw. terpaksa menyerahkannya kembali kepada pihak Quraisy sambil menghiburnya dengan kalimat “Janganlah engkau bersedih, wahai Abu Jandal, insya Allah, Allah akan membuka jalan bagimu.

Hidayah keimanan Abu Jandal teruji, akhirnya dalam perang Yamamah tahun 632, Abdullah saudaranya gugur dalam Pertempuran. Abu Jandal menyampaikan hal itu kepada ayahnya, sehingga ayahnya tersentuh dan berbalik memutuskan bergabung dengan tentara Muslim.

Saat wabah Tho’un menyerang, keputusan Umar untuk memisahkan mereka yang sudah terkena dengan yang sehat adalah keputusan yang tepat. Kampung Amwas dilockdown, meski sebagian sahabat sudah terpapar, salah satunya adalah Abu Jandal.

Keganasan wabah Tho’un yang menyerang Amwas membuat sahabat berguguran. Di antara mereka adalah Abu Jandal bin Suhayl, Abu Ubaidah ibnu al-Jarrah, Muadz bin Jabal, Yazid bin Abi Sufyan, Suhail bin Amr, Dhoror bin al Azwar, dan lainnya. Sahabat-sahabat mulia ini adalah penghuni surga.