Kecerdasan H. Agus Salim Membalas Ejekan “Kambing”

Agus salim

Kelompok masyarakat Anak Nagari melaporkan Rocky Gerung ke Polda Sumatera Barat, karena diduga menghina H. Agussalim. H. Agus Salim sendiri adalah seorang pahlawan nasional asal Sumatera Barat.

Dalam sebuah video, Rocky Gerung menjelaskan bagaimana ketika Agus Salim dalam sebuah forum diledek oleh lawan diskusi, dan lawan politiknya waktu itu. Karena H. Agus Salim memiliki Jenggot yang mirip dengan Jenggot kambing.

Saya tak ingin melihat kasus Rocky Gerung terlalu jauh, tapi lebih tertarik dengan kisah H. Agus Salim.

Agus Salim adalah tokoh yang sangat cerdas dan ahli dalam berpidato dengan banyak bahasa. Sosoknya khas dengan kacamata dan jenggot yang panjang.

Salah satu paman H. Agus Salim adalah Syaikh Ahmad Khatib al-Minangkabauwi, ulama yang sangat terkenal di Masjidil Haram kala itu sekaligus guru dari Hamka, KH Hasyim Asya’ari dan KH Ahmad Dahlan pendiri NU dan Muhammadiyah.

Seorang penulis Belanda, Jef Last, dalam buku 100 tahun H Agus Salim, menguraikan kisah saat H. Agus Salim diolok olok dengan panggilan “mbek” dan olok-olok seakan-akan H. Agus Salim mirip kambing. Dalam buku itu bahkan disebutkan mantan Perdana Menteri RI, Sutan Syahrir, adalah saksi atas kejadian itu.

Saat H. Agus Salim akan berbicara, forum riuh dan mencoba menekan H. Agus Salim secara psikologis dengan berteriak, “Mbek mbek,” suara khas mirip kambing. Ini tentu ejekan kepada H. Agus Salim yang menurut mereka berjenggot mirip kambing.

Agus Salim dengan cerdas menjawab, “saya diundang ke sini untuk bicara dengan manusia, lalu kenapa ada kambing di sudut sana.” Sebuah kalimat balasan yang sangat cerdas, pun sebagai bukti kalau para pengejek tidak berhasil menjatuhkan dirinya secara psikologis.

Dalam buku itu ditulis, H. Agus Salim sempat keluar forum, lalu dibujuk masuk lagi. Dia berkata, “saya akan masuk karena saya juga mampu bicara dalam hewan. Jadi kalau kalian telah selesai merumput, silakan mendengar pidato saya dalam bahasa kambing,” ujar Salim.

Anda tahu siapa dan kelompok yang mengejek H. Agus Salim dengan ilustrasi binatang? Dia adalah Musso. Sosok yang kemudian menjadi gembong Partai komunis Indonesia. Pemimpin pemberontakan tahun 1948 di Madiun.

Ejekan dalam forum sudah diungkapkan lebih dahulu oleh Muso. “Yang berjenggot apa saudara-saudara?”.

Menjawab pertanyaan, kelompok Muso ramai-ramai berteriak, “kambing!”.

“Kalau yang berkumis?”, hadirin pun lalu ramai menyahut, “kucing!” .

Saat giliran H. Agus Salim, dia tak emosi dan tak mau kalah. Di atas podium, ulama dengan nama asli Mashudul Haq yang berarti pembela kebenaran itu berpidato dan bertanya balik kepada para hadirin.

“Tadi hewan-hewannya kurang lengkap, ada hewan yang tidak berkumis dan juga tidak berjenggot, Anda tahu? (kebetulan Musso tidak berkumis dan berjenggot).” tanya Agus Salim kepada peserta.

Mendengar pertanyaan itu, forum sontak berteriak kompak dengan keras, “anjing!”. Musso dan para pengejek H. Agus Salim terdiam.

Banyak sekali pelajaran yang dapat kita petik dari sosok dan kecerdasan Agus Salim ini. Pertama, Agus Salim mengajarkan ketenangan dalam segala situasi. Siapapun akan emosi jika diejek sebagai binatang, apalagi dalam bentuk kalimat sindiran fisik. Namun, Agus Salim memperlihatkan ketenangan dengan memberikan balasan serupa namun lebih dalam.

Kedua, Agus Salim memberikan pelajaran kepada kita cara membalas dengan cerdas terutama dalam debat. “Jika seseorang memberikan penghormatan, maka balaslah penghormatan itu sama atau lebih baik. Sebaliknya, jika seseorang menjelekan, menyindir atau mengejek. Jika berniat membalas, cukup membalas dengan yang serupa.

Ketiga, Kecerdasan H. Agus Salim membalas sindiran dengan sindiran, bukan sindiran yang dibalas dengan adu fisik. Dalam forum ilmiah, ini kerap terjadi. Terkadang orang sulit dan tidak tahan menerima sindiran dalam bentuk kalimat debat, lalu akhirnya berantem dan adu fisik.