Habib Luthfi bin Yahya, ulama sakti yang pandai bermain musik, penghulu para sufi, dan merupakan keturunan nabi Muhammad saw dengan nasab melalui Fatimah az-Zahra. Ulama yang dikenal sakti ini memiliki nama asli Maulana al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya. Beliau lahir di Kota Pekalongan 10 November 1947 yang bertepatan dengan 27 rajab 1367 Hijriyah
Dalam beberapa artikel saya mengenai kesaktian ulama, ada pembaca yang protes katanya “memang Nabi sakti?” saya jawab tentu lebih sakti dari para ulama. Karena yang dimiliki para Nabi adalah mukjizat, pemberian khusus dari Allah swt kepada para Nabi dan Rasul. Nabi Musa as membelah lautan. Andai kita tidak tahu bahwa Nabi Musa adalah seorang Nabi, maka hal itu akan kita sebut kesaktian.
Baik kita kembali kepada kisah kesakitan ulama Habib Luthfi bin Yahya. Banyak muridnya menceritakan kisah yang mereka menjadi saksi langsung atas kesaktian beliau. Berikut ini adalah beberapa kisah karomah Habib Luthfi bin Yahya
Muhammad Samsuri salah seorang santri beliau suatu hari mengalami kecelakaan mobil di tol Cipularang saat membantu Habib Munzir di Jakarta. Kakinya patah tulanya remuk, sehingga dia harus menggunakan kursi roda. Saat dibawa ke rumah sakit, dokter pun sudah angkat tangan tak mampu menyembuhkan luka yang memang sangat parah.
Akhirnya Habib Luthfi menganjurkan agar Samsuri tinggal di rumahnya selama 3 minggu. Suatu malam, Samsuri bermimpi didatangi oleh Habib Munzir al-Musawa. Dalam mimpinya dia melihan Habib Munzir memberikan lembar Jadwal Majelis maulid al-Rasul kepadanya sambil berbisik, “bilang kepada Habib Luthfi bahwa kamu ikut saya di Jakarta.”
Pagi harinya, Samsuri menceritakan mimpinya ke Habib. Sontak Habib Luthfi bin Yahya berkata, “kamu besok akan sembuh dan pulang ke Jakarta, berkah.”
Habib Luthfi kemudian mengambil air dan mengusapkan air itu ke Samsuri. Jam 9 pagi keesokan harinya, kaki Samsuri sudah bisa digerakkan dan bisa untuk berjalan.
Kisah kesaktian Habib Luthfi bin Yahya yang lain, yaitu saat Sayyid Muhammad bin Alawi al-maliki di Singapura. Ada seorang yang bertemu dan bertamu kepada beliau. Setelah sekian lama duduk dan berbincang-bincang, tamu itu lalu mohon pamit akan melanjutkan perjalanannya ke Indonesia untuk menemui Habib Luthfi bin Yahya.
Namun dicegah oleh Sayyid Muhammad Alawi dan berkata kepada orang tersebut, “wahai saudaraku, kenapa kamu datang capek-capek ke Indonesia sebentar lagi orang yang kamu maksud itu akan datang ke sini untuk menemui saya.” Dengan izin Allah ternyata tiba-tiba Habib Luthfi bin Yahya muncul di hadapan tamu tersebut.
Kisah kesaktian Habib Luthfi bin Yahya datang dari Abidin mengisahkan kejadian yang dilihat dengan mata kepalanya sendiri. Saat hendak menyembelih seekor kambing. Kambing itu direncanakan akan digunakan sebagai jamuan pada acara maulidan.
Teman seperguruan Habib ditugaskan mengambil kambing tersebut yang terikat di pohon. Namun, kambing itu liar, berontak dan terlepas, lalu lari menjauh. Habib Luthfi bin Yahya keluar menyaksikan kejadian itu dan tertawa. Beliau berkata “kambing untuk menghormati Nabi kok malah kabur.”
Tak lama setelah Habib Luthfi bin Yahya berkata demikian, kambing itu menghampiri dan bahkan menjatuhkan diri di hadapan beliau. Kambing itu akhirnya disembelih sendiri oleh Habib.
Kisah kesakitan Habib Luthfi bin Yahya keempat. Pernah suatu waktu beliau didatangi 10 dukun. Tujuan para dukun itu untuk menguji keilmuan Habib. Mereka heran mengapa Habib memiliki banyak murid.
Mendapat tantangan seperti itu, Habib Luthfi bin Yahya menolak. Namun para dukun langsung komat-kamit membaca mantera sambil mengeluarkan keris. Keris-keris itu mereka letakkan di depan Habib dan menantang Habib untuk mengambilnya.
“Kalau kamu memang sakti, coba ambil keris itu satu saja”
Habib Luthfi bin Yahya dengan tenang mengambil sapu lidi. Dengan sapu lidi itu, keris-keris para dukun disapu seperti menyapu sampah dengan mudahnya tanpa membuang-buang tenaga.
Para dukun terheran-heran dan merasa malu, karena menurut mereka tak akan ada yang bisa mengangkat pusaka kecuali dengan izin mereka.
Belum hilang keheranan para dukun, Habib Luthfi bin Yahya mencabut sehelai bulu rambut yang ada di kepalanya dan meletakkannya persis di depan para dukun.
“Sekarang kalian ambil rambut itu kalau mampu.”
Dengan sekuat tenaga para dukun mencoba mengangkat sehelai rambut itu, peluh keringat bercucuran, muka mereka memerah karena mengeluarkan tenaga ekstra, namun sehelai rambut itu tidak bergerak sedikitpun. Merasa tidak mampu, akhirnya para dukun meminta maaf kepada Habib.
Demikian kisah nyata kesaktian ulama Habib Luthfi bin Yahya. Pelajaran penting bagi kita, bahwa karomah para wali Allah tidak bisa dicerna secara rasional.