Di dunia ini tak ada yang kebetulan. Kebetulan hanya persepsi manusia saja, saat ada hal bersamaa di luar jangkauan nalar manusia. (Baca: say no to kebetulan). Nah, terkadang kejadian itu di luar kalkulasi nalar. Istilah itu kali ini saya tak istilahkan dengan suprarasional. Kejadian suprarasional bisa terjadi kapan dan di mana saja, termasuk bencana.
Demikian pula saat bencana Palu Donggala menghantam pada 28 September 2018. Ada kejadian suprarasional terjadi di pondok pesantren al-Khairat Palu. Ketua yayasan al-Khairat, Habib Sayyid Seggaf bin Muhammad bin Idrus bin Salim Aljufri, sebelum salat Jumat memerintahkan para asatidz (guru-guru) dan santri-santri pondok cabang pesisir Pantai Palu Barat, untuk mengikuti dzikir bersama yang diadakan di Pondok Pesantren al-Khairaat Pusat, jl. SIS Aljufri. Semua tanpa terkecuali, dan tidak mengizinkan mereka kembali ke pondok cabang yg di pesisir itu kecuali saat dzikir bersama telah selesai.
Saat dzikir berlangsung, Habib Sayyid Seggaf bin Muhammad bin Idrus bin Salim Aljufri, seakan melihat kakek beliau nampak, al Habib ‘Idrus bin Salim Aljufri (Guru Tua) yang memberikan isyarat agar asatidz dan para santri tidak kembali ke Pondok Pesantren Alkhairaat, Cabang Palu Barat, meski dzikir nantinya sudah selesai.
(baca juga: kenapa bencana diturunkan Allah swt)
Atas kehendak Allah yang Maha Kuasa, selesai dzikir, para guru dan santri tidak kembali ke pondok sesuai rencana semula. Pukul 17.20 bagian timur Indonesia, merasakan gempa cukup dahsyat dan disusul oleh tsunami yang meratakan Pondok Pesantren Alkhairaat, cabang Palu Barat dan sekitarnya. Ustadz, para pengasuh, para santri selamat karena tidak berada di tempat… Subhanallah…
Apakah ini suatu kebetulan. Bagi saya tidak. Ini kejadian suprarasional, di luar jangkauan akal manusia. Ini adalah berkah penjagaan lara Wali Allah. Semoga Allah selalu memberikan penjagaan terbaik buat Guru kita Yang Mulia, Habib Sayyid Saqqaf bin Muhammad bin Idrus bin Salim Aljufri.
Salam…
