KH. Abdul Malik Muhammad, lebih dikenal dengan Anre Gurutta Malik adalah ulama nusantara yang berdakwah di Sulawesi Selatan dan khusunya di Kabupaten Wajo. Beliau lahir tahun 1922, di timoreng Kecamatan Belawa, dan wafat tahun 2000, di Makassar.
Beliau pernah menjadi pimpinan pondok pesantren Asadiyah Sengkang, pondok pesantren tertua di Indonesia Timur. Selama beliau memimpin, tak ada yang berminat menggantikannya selagi beliau masih bersedia
Sebagai seorang ulama dengan lautan pengetahuan, beliau sangat disegani. Penulis sempat menghadapkan hapalan al-Quran langsung di depan beliau, sehingga tahu banyak dan mengalami sendiri beberapa karomah beliau sebagai seorang ulama.
Karomah Anre Gurutta Malik sangat banyak, bersumber dari murid langsungnya dan sudah divalidasi penulis. Tapi kali ini, akan diungkapkan satu kisah saja.
***
Seperti biasa, saya menghadapkan hapalan subuh hari. Jadi usai salat subuh di masjid, saya bersama santri lain ke rumah Anre Gurutta yang hanya berbatas pagar dengan masjid.
Sial, hari itu saya telat bangun. Begitu bangun, tersadar dari pulasnya tidur, saya teringat bahwa hari ini akan nyetor hapalan. Dengan bergegas secepat kilat, sambar peci dan piyama usang, saya berlari ke rumah Anre Gurutta. Tanpa ganti sarung, bahkan tanpa berwudhu. Muka hanya saya bilas singkat.
Karena rasa kawatir dan takut. Jarak 1 km kos dengan rumah Anre Gurutta saya tempuh hanya beberapa menit saja.
Sampai di depan pintu pagar, nafas saya atur, dengan langkah tenang berjalan hendak masuk melalui pintu depan. Begitu masuk ke dalam rumah, saya melihat Anre Gurutta dikelilingi santri yang sementara murajaah.
Dengan tatapan tajam, beliau berkata ke saya, “laono jolo massempajang subuh”. Pergilah sembahyang subu dahulu.
Saya tak mengucapkan satu kata pun usai mendengar perintah itu. Tak balik, dan tak berani menatap Anre Gurutta. Saya lari terbirit birit entah kenapa. Saya sadar saat berada di kos kembali. Nafas memburu ketakutan.
Saya tak habis pikir, dari mana Anre Gurutta tahu kalau saya belum salat subuh. Kedua, apa yang membuat saya lari terbirit birit?
Pernah juga suatu waktu, seorang preman berinisial U suka nongkrong di depan rumah Anre Gurutta. Teman-temannya kerap memberitahukan, “jangan di situ. Itu rumah Anre Gurutta.”
Tapi preman satu ini sepertinya punya nyali. Bahkan suatu waktu, dia berani mengambil buah mangga di depan rumah Anre Gurutta.
Keesokan harinya, si U ini sakit perut. Dibawa ke dokter, dokter bilang tak ada apa-apa. Dibawa ke dukun, dukun bilang tak ada apa-apa.
Setelah dipaksa, akhirnya si U bercerita bahwa semalam dia mengambil buah mangga di depan rumah Anre Gurutta.
Mendengar hal itu, keluarganya bergegas ke rumah Anre Gurutta untuk minta maaf. Dan sesampai di depan Anre Gurutta, beliau cuma berkata, “lisuni, paja nitu.” Pulanglah, Insya Allah dia sudah sembuh.
Walhasin si preman sembuh seperti sedia kala.
Ada yang bisa menjelaskan dua kisah karamah Anre Gurutta ini?